Air Limbah Secara Mengejutkan Menekan Resistensi Antibiotik di Banyak Negara

15

Sebuah studi baru menantang asumsi lama bahwa air limbah kota adalah tempat berkembang biak utama bakteri yang kebal antibiotik. Para peneliti dari Universitas Gothenburg, yang menerbitkan di Nature Communications, menemukan bahwa air limbah dari sebagian besar 47 negara yang diuji sebenarnya menekan pertumbuhan resistensi E. coli, daripada mempromosikannya. Temuan ini memperumit pemahaman tentang bagaimana resistensi antibiotik berevolusi dan menyebar.

Menantang Kebijaksanaan Konvensional

Selama bertahun-tahun, air limbah dianggap sebagai sarang resistensi karena adanya ekskresi antibiotik dan senyawa antimikroba lainnya. Logikanya jelas: paparan terhadap zat-zat ini akan menyeleksi bakteri yang memiliki gen resistensi, sehingga memungkinkan mereka untuk berkembang. Namun penelitian baru ini mengungkapkan kenyataan yang lebih kompleks.

“Apa yang kami temukan paling menarik adalah meluasnya kelemahan E.coli yang resisten dalam air limbah di sebagian besar negara,” jelas Profesor Joakim Larsson, penulis utama dan direktur CARe. “Hal ini menunjukkan bahwa instalasi pengolahan air limbah kota tidak selalu menjadi tempat berkembang biaknya resistensi, seperti yang kadang-kadang dianggap.”

Interaksi Kimia Kompleks

Studi ini mengukur 22 antibiotik dan 20 biosida antibakteri dalam sampel air limbah dari seluruh dunia. Meskipun beberapa sampel mengandung konsentrasi antibiotik yang cukup tinggi untuk secara teori memilih resistensi, tidak ada satupun yang menjadi pemicu yang jelas terhadap E. E.coli. Sebaliknya, data menunjukkan bahwa campuran kimia yang kompleks, atau bahkan senyawa yang tidak terukur, memainkan peran yang lebih penting dalam menentukan bakteri mana yang dapat bertahan hidup.

Mengapa Penindasan Terjadi

Para peneliti percaya bahwa penindasan terhadap resistensi terkait dengan biaya bawaan dalam membawa gen resistensi. Jika tingkat antibiotik tidak mencukupi, bakteri sensitif sering kali mengalahkan bakteri yang resisten. Selain itu, beberapa E. Garis keturunan E.coli mungkin telah beradaptasi dengan lingkungan saluran pembuangan sehingga resistensi terhadap bakteri ini menjadi kurang menguntungkan.

Validasi Melalui Beragam Pengujian

Temuan ini divalidasi menggunakan dua pendekatan. Pertama, para peneliti menguji komunitas sintetik dari 340 E. strain coli, mengkonfirmasi pola penekanan. Kedua, mereka menganalisis komunitas mikroba air limbah alami, dan mencapai hasil serupa. Hal ini memperkuat kesimpulan bahwa penekanan yang diamati bukanlah hasil dari kondisi laboratorium.

Implikasinya terhadap Kesehatan Masyarakat dan Penelitian di Masa Depan

Penelitian ini tidak sepenuhnya menghilangkan risiko evolusi resistensi pada air limbah. Beberapa sampel * memang * memilih strain yang resisten, dan air limbah tetap menjadi jalur penularan yang potensial. Namun, penindasan yang meluas terhadap resistensi di sebagian besar wilayah menunjukkan bahwa instalasi pengolahan air limbah kota mungkin memainkan peran yang lebih berbeda dari yang diperkirakan sebelumnya.

Temuan ini menyoroti kompleksitas dinamika resistensi antibiotik di lingkungan dunia nyata. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa atau kondisi spesifik yang bertanggung jawab atas efek penekanan tersebut. Memahami mekanisme ini dapat mengarah pada strategi untuk memitigasi evolusi resistensi pada air limbah dan reservoir lingkungan lainnya.

Studi ini memperkuat bahwa asumsi sederhana tentang resistensi antibiotik di ekosistem yang kompleks sering kali gagal memberikan gambaran keseluruhan. Penekanan resistensi pada sebagian besar sampel air limbah berfungsi sebagai pengingat bahwa evolusi bakteri didorong oleh banyak faktor yang saling berinteraksi, bukan hanya paparan antibiotik saja.