Teka-teki Komet Alien: Mengapa 3I/ATLAS Masih Sangat Keren Bahkan Tanpa Manusia Hijau Kecil

15

Internet meledak dengan kegembiraan (dan, jujur saja, sedikit ketakutan) ketika muncul laporan bahwa komet antarbintang 3I/ATLAS pecah dan bahkan mungkin merupakan wahana alien. Namun sebelum Anda mulai menimbun makanan kaleng dan membuat topi kertas timah Anda sendiri, tarik napas dalam-dalam. Ternyata, kebenaran tentang 3I/ATLAS sangat menakjubkan dan berada dalam lingkup fenomena alam kosmik.

Berikut uraiannya: Komet ini tidak seperti apa pun yang pernah kita lihat di tata surya kita. Bayangkan itu sebagai pesawat luar angkasa antarbintang yang aneh – bukan pesawat luar angkasa alien yang nakal, tetapi pastinya memiliki spesifikasi yang sangat aneh. Pengamatan awal menggunakan teleskop yang kuat mengungkapkan bahwa 3I/ATLAS memiliki komposisi yang tidak biasa. Bayangkan tumpukan nikel, lebih banyak karbon dioksida daripada yang Anda harapkan dari komet biasa, dan jumlah molekul rantai karbon biasa yang sangat rendah.

Ditambah lagi dengan warna kemerahan yang dipenuhi puing-puing kosmis, yang menunjukkan perjalanan panjang yang bermandikan radiasi energetik dari luar angkasa, ditambah kecepatan perjalanan yang luar biasa yang menyiratkan waktu pembentukan yang mungkin terjadi 11 miliar tahun yang lalu – dan Anda akan mendapati diri Anda berada dalam misteri angkasa yang terbungkus dalam nebula merah berdebu.

Kumpulan fitur aneh inilah yang awalnya menarik perhatian (dan imajinasi) para ilmuwan dan pengamat bintang. Tapi kemudian segalanya menjadi aneh, bahkan lebih aneh lagi. Masukkan ahli astrofisika Avi Loeb, yang dikenal karena kegemarannya melampaui batas – dan terkadang memicu kontroversi. Dia dengan berani menyatakan bahwa 3I/ATLAS bisa jadi merupakan wahana alien, dengan memanfaatkan karakteristiknya yang tidak biasa sebagai “bukti”.

Hal ini memicu hiruk-pikuk berita utama, spekulasi media sosial, dan banyak seruan kepada NASA untuk mulai mempersiapkan komite penyambutan antargalaksi. Tapi bersabarlah, sesama penggemar luar angkasa! Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh astronom Jason Wright (bisa dibilang dia mirip komet Sherlock Holmes) mendalami klaim Loeb. Keputusan mereka? “Anomali” yang dikutip Loeb merupakan salah tafsir atau sepenuhnya konsisten dengan perilaku komet yang diketahui.

Ambil contoh klaim tentang 3I/ATLAS yang berpotensi pecah. Loeb menunjuk pada ekor komet sebagai bukti hilangnya massa dengan cepat, yang menunjukkan bahwa komet tersebut hancur terlalu cepat untuk menjadi komet normal. Alasan ini mengabaikan beberapa fakta penting tentang komet: komet sering kali melepaskan bongkahan ketika mendekati Matahari. Ini seperti gabus sampanye kosmik internal yang bermunculan! Pelepasan ini dapat terjadi karena keluarnya es atau peningkatan rotasi (seperti dokter putaran angkasa yang menjadi liar), sehingga mengirimkan potongan-potongan tersebut terbang ke luar angkasa.

Dan bagaimana dengan sinyal radio misterius yang terdeteksi oleh teleskop MeerKAT di Afrika Selatan? Ya, komet memancarkan gelombang radio – sebuah fenomena yang diketahui disebabkan oleh terpecahnya molekul air oleh sinar matahari dan memancarkan frekuensi tertentu. Perilaku ini telah diprediksi untuk 3I/ATLAS berdasarkan komposisinya, sehingga semakin memperkuat identitas kometnya.

Intinya, setiap data yang kami kumpulkan tentang 3I/ATLAS meneriakkan “komet”, meskipun data tersebut benar-benar luar biasa dan aneh. Kesimpulannya? Meskipun kosmos sangat luas dan penuh kejutan, terkadang penemuan terbesar ditemukan dengan menerima keanehan alam semesta kita daripada langsung mencari penjelasan dari luar bumi.

Dan seperti yang dilontarkan astronom terkenal David Levy, “Komet itu seperti kucing: mereka punya ekor, dan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.” 3I/ATLAS terbukti menjadi kucing yang sangat mandiri, merintis jejaknya sendiri melintasi ruang angkasa sambil mengingatkan kita bahwa alam semesta masih menyimpan banyak misteri yang mencengangkan – bahkan tanpa campur tangan alien.

Para ilmuwan akan terus memantau 3I/ATLAS saat ia meluncur keluar dari tata surya kita. Bahkan ada kemungkinan wahana antariksa Juno milik NASA yang mengorbit Yupiter akan mengambil beberapa pengamatan jarak dekat ketika komet tersebut melintas pada bulan Maret 2026. Ini akan menjadi peluang luar biasa untuk penemuan lebih lanjut.