Insiden Luar Angkasa Tiongkok Menggarisbawahi Kebutuhan Mendesak akan Kemampuan Penyelamatan Internasional

12

Insiden baru-baru ini yang melibatkan awak Shenzhou 20 Tiongkok dan dugaan kerusakan akibat puing-puing ruang angkasa telah menyoroti kesenjangan kritis dalam protokol keselamatan ruang angkasa global: tidak adanya prosedur penyelamatan standar dan sistem yang kompatibel. Pejabat Tiongkok menunda kepulangan awak dari stasiun luar angkasa Tiangong setelah retakan muncul di jendela kapsul kembali, yang kemungkinan disebabkan oleh puing-puing orbit. Para kru akhirnya kembali melalui pesawat ruang angkasa pengganti Shenzhou 21, meninggalkan kapal rusak yang tidak layak untuk masuk kembali. Peristiwa ini, meskipun telah terselesaikan, merupakan peringatan nyata bagi program luar angkasa pemerintah dan swasta.

Meningkatnya Risiko di Orbit Bumi Rendah

Insiden ini tidak terisolasi. Ketika aktivitas luar angkasa meningkat – baik dengan misi yang disponsori negara maupun dengan berkembangnya sektor swasta – risiko tabrakan dengan sampah luar angkasa meningkat secara eksponensial. Para ahli seperti Jan Osburg dari RAND Corporation menekankan bahwa program pemerintah biasanya memiliki perencanaan darurat yang lebih kuat, namun hal ini pun tidak cukup dalam lingkungan ruang angkasa yang berkembang pesat. Ketersediaan tempat berlindung yang aman seperti stasiun ruang angkasa memitigasi beberapa risiko, namun tidak menghilangkannya.

Masalah intinya adalah interoperabilitas. Sistem docking yang kompatibel, protokol komunikasi terpadu, dan koordinasi penyelamatan yang telah ditetapkan sebelumnya merupakan komponen penting dari kemampuan penyelamatan ruang angkasa yang fungsional. Saat ini, sebagian besar elemen-elemen tersebut tidak ada, sehingga menghambat kemampuan untuk merespons secara efektif keadaan darurat yang melibatkan banyak negara atau entitas swasta.

Standar dan Kompatibilitas: Tantangan Global

Kurangnya standar yang diadopsi secara universal merupakan kendala utama. James Lewis dari Komite Standar Sistem Docking Internasional (IDSS) NASA menyatakan bahwa AS secara hukum dilarang berkomunikasi langsung dengan Tiongkok mengenai masalah ini, sehingga sulit untuk menilai apakah pesawat ruang angkasa Tiongkok mematuhi standar docking internasional.

Meskipun keterlibatan Rusia masih belum jelas, para pengamat industri berpendapat bahwa kolaborasi yang berkelanjutan antara Tiongkok dan Rusia dapat mempertahankan beberapa tingkat kompatibilitas, setidaknya dalam fungsi docking dasar. Namun, interoperabilitas penuh—termasuk transfer daya, berbagi data, dan pertukaran cairan—masih belum pasti tanpa adanya standar terpadu.

Perlunya Tindakan Proaktif

Meskipun terdapat risiko, beberapa kemajuan telah dicapai. Grant Cates dari The Aerospace Corporation mencatat bahwa keputusan Tiongkok untuk memeriksa pesawat ruang angkasanya sebelum awaknya kembali menunjukkan meningkatnya kesadaran akan bahaya tersebut. Namun, Cates memperingatkan bahwa tindakan reaktif saja tidak cukup.

“Insiden dengan program penerbangan luar angkasa berawak Tiongkok merupakan pengingat bahwa perlu ada gerakan menuju sistem yang kompatibel,” kata Cates. Hal ini tidak hanya mencakup mekanisme docking tetapi juga pakaian antariksa dan kemampuan komunikasi.

Masa Depan Penyelamatan Luar Angkasa

Situasi saat ini menuntut peralihan ke pendekatan global yang lebih terintegrasi dalam penyelamatan ruang angkasa. Brian Weeden dari The Aerospace Corporation berpendapat bahwa era perencanaan darurat satu negara telah berakhir. Saat ini yang dibutuhkan adalah sebuah sistem yang dapat mengakomodasi beragam misi, lembaga, dan negara, sehingga memerlukan komunikasi dan koordinasi yang lancar.

Meskipun terdapat kebutuhan yang jelas, para pakar industri mencatat kurangnya kemauan politik untuk mendorong hal ini. Tantangan logistiknya cukup besar – perbedaan orbit dan kemiringan ISS dan Tiangong, misalnya, membuat perpindahan cepat antar stasiun menjadi tidak praktis dengan sistem propulsi yang ada saat ini. Namun, mengabaikan masalah bukanlah suatu pilihan; konsekuensi dari tidak adanya tindakan bisa menjadi bencana besar.

Insiden ini menggarisbawahi fakta bahwa puing-puing orbital merupakan ancaman yang terus-menerus dan bahwa pemeriksaan proaktif terhadap pesawat ruang angkasa sangat penting untuk mencegah bencana. Pendekatan global yang terkoordinasi dalam penyelamatan ruang angkasa, dengan sistem yang terstandarisasi dan protokol yang jelas, tidak lagi hanya diperlukan – namun hal ini sangatlah penting.